Perang Iklan Rokok, Siapa Pemenangnya?

No Comments


Sebuah iklan bahaya rokok muncul di televisi. Iklan layanan masyarakat yang menampilkan testimoni mantan perokok berdampak pada anak-anak. Testimoni mantan perokok  yang menderita kanker kerongkongan membuat seorang anak marah dan kesal.

Seorang anak di Aceh menangis ketika mendapatkan orangtuanya membakar rokok di depannya. "Ayah, jangan merokok lagi, nanti leher ayah bolong, : ujarnya sambil meremas rokok. 

Ayahnya kaget, seraya mengabulkan permintaan anak. Sang ayah pun kemudian menjauhkan rokok dengan sedikit jengkel. "Keponakan saya kesal setelah beberapa kal menyaksikan iklan layanan masyarakat terhadap bahaya rokok khusus versi kerongkongan berlubang, "ujar Windy, warga Aceh Tengah ini.

Ekspresi si anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari pengaruh iklan. Sayangya, iklan bahaya rokok tidak sebanding dengan pencitraan rokok yang sangat mengekploitasi wanita dan kegagahan pada setiap momentum. Demikian juga sponsorship acara olahraga, musik,  dan sosial yang tidak mampu dibendung masyarakat, bahkan pemerintah.

Masyarakat pun bergeming dengan iklan bahaya  di bungkus rokok. Pencantuman gambar penyakit dan efek di bungkus rokok ternyata tak membuat perokok kehabisan akal. Para perokok mulai memilih gambar tertentu di bungkus rokok atau malah memesannya dalam jenis gambar tertentu. "Perokok sekarang, selain membuang bungkus juga memesan bungkus rokok yang tidak bergambar penyakit mengerikan," kata Husaini, warga Banda Aceh.

Husaini juga menyatakan jika ada temannya membeli rokok secara eceran untuk menghindari gambar di bungkus rokok. "Banyak perokok membeli dalam jumlah separoh tanpa menyimpan dalam bungkus rokok. "tambah Husaini.

Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 dan Permenkes RI No. 28 2013 telah mewajibkan bungkus rokok wajib mencantum gambar penyakit di bungkus rokok sedikit berdampak para pola perokok. Paling tidak mereka mulai menjauhkan rokok dari anak-anak dan mengubah strategi merokok.

back to top