Peneliti: Merokok Bukan Kebiasaan, Tapi Penyakit

No Comments



Merokok merupakan suatu penyakit yang bersumber dari kecanduan bahan kimia. Merokok sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup apalagi kebudayaan. Merokok sering diidentikkan sebagai masalah kebiasaan di masyarakat Indonesia. Katanya, tak enak jika tak merokok usai makan, minum bahkan setelah olahraga. 

"Saya tidak percaya jika ada yang menyebut rokok merupakan masalah kebiasaan. Rokok menyebabkan kecanduan dan kecanduan itu adalah penyakit yang terjadi akibat reaksi kimia," kata Carolyn Dresler, MD, MPA.

Pernyataan tersebut disampaikannya dalam acara Asia Pacific Lung Cancer Conference (APLCC) di Hotel Shangri-La, Kuala Lumpur,, seperti dikutip detik.com  Sabtu (8/11/2014) Malaysia. Acara ini merupakan acara tahunan yang diadakan oleh International Association for the Study of Lung Cancer (IASLC). 

Pernyataan pejabat Associate Director for Tobacco Products di Food and Drug Administration (FDA) Amerika ini bukan tanpa alasan. Nikotin yang terkandung dalam rokok memang diketahui dapat membuat kecanduan. Sebabnya, reseptor dalam otak sangat cepat menangkap nikotin yang masuk ke tubuh melalui aliran darah.

"Bayangkan saja, hanya dalam waktu kurang dari 1 menit nikotin sudah masuk ke otak dan menyentuh reseptor yang peka. Tentunya nikotin mempunyai efek membuat terjaga dan lebih fokus namun patut diketahui nikotin menyebabkan reseptor tersebut tumpul dan hanya akan bisa bekerja dengan tambahan nikotin lagi, yang tentunya hanya dapat masuk jika Anda merokok," urai Dr Dresler.

Pernyataan ini tentunya menepis anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa merokok merupakan kebiasaan sehingga sulit dihentikan. Tentunya jika diklasifikasikan sebagai penyakit, kecanduan merokok pun sangat mungkin disembuhkan.

Dresler   juga menambahka, 50 persen orang yang sudah pernah merokok mengaku akan berhenti karena mengetahui bahayanya. Sayangnya, hanya 10 atau 20 persen saja yang dapat berhenti total. Sisanya akan kambuh lagi karena beberapa faktor.

"Yang pertama tentu saja iklan rokok yang sangat besar, terutama di negara-negara Asia seperti Malaysia dan Jepang. Yang kedua adalah karena ini penyakit yang menyebabkan kecanduan maka jika tak ada niat atau bantuan medis kemungkinan kambuhnya akan sangat besar. "

Sumber:  detik.com

back to top