Sebuah kafe di Istanbul dikenai denda sebesar 6.000 Lira atau sekitar Rp 32
juta pada hari Senin setelah Presiden Turki Tayyip Erdogan mendapati salah satu
pengunjungnya sedang merokok di lantai dua kafe.
Erdogan yang sedang berjalan bersama rombongan dilaporkan menunjuk jarinya kepada sang perokok dan memintanya untuk berhenti. Akan tetapi meski sudah diminta berhenti, pengunjung tersebut malah tetap asyik menghisap rokoknya.
"Akan ada hukuman untuk hal ini!," teriak Erdogan sambil menunjuk-nunjuk kepada perokok seperti dikutip dari Reuters pada Selasa (4/11/2014).
Di Turki sendiri, merokok dalam ruangan adalah hal yang dilarang dan dapat diberikan sanksi. Istanbul adalah kota dengan jumlah perokok terbanyak di Eropa dan pemerintah yang berkuasa berusaha menekan hal tersebut mulai dari larangan merokok dalam ruangan sampai pemberlakuan pajak yang tinggi.
"Pria yang tidak sopan, presiden menyuruhnya untuk berhenti tapi dia masih terus lanjut," ujar Erdogan kepada ajudannya sambil terus berjalan.
Erdogan yang sedang berjalan bersama rombongan dilaporkan menunjuk jarinya kepada sang perokok dan memintanya untuk berhenti. Akan tetapi meski sudah diminta berhenti, pengunjung tersebut malah tetap asyik menghisap rokoknya.
"Akan ada hukuman untuk hal ini!," teriak Erdogan sambil menunjuk-nunjuk kepada perokok seperti dikutip dari Reuters pada Selasa (4/11/2014).
Di Turki sendiri, merokok dalam ruangan adalah hal yang dilarang dan dapat diberikan sanksi. Istanbul adalah kota dengan jumlah perokok terbanyak di Eropa dan pemerintah yang berkuasa berusaha menekan hal tersebut mulai dari larangan merokok dalam ruangan sampai pemberlakuan pajak yang tinggi.
"Pria yang tidak sopan, presiden menyuruhnya untuk berhenti tapi dia masih terus lanjut," ujar Erdogan kepada ajudannya sambil terus berjalan.
Kejadian ini ternyata malah menuai kritik untuk Erdogan. Lawan politiknya melihat gaya Erdogan saat menunjuk-nunjuk kepada sang perokok sebagai bukti dirinya yang memiliki sifat otoriter.
Sebelumnya Erdogan memang sedang dalam sorotan negatif publik yang melihatnya terlalu mencampuri urusan privat rakyat. Ia membuat yoghurt sebagai minuman nasional dan mendorong wanita untuk memiliki tiga anak.
Sumber: detik.com